Kamis, 31 Oktober 2013

Kajian Filsafat


Pendahuluan
Sebagaimana dalam sebuah disiplin pengetahuan lainnya, filsafat juga  mempunyai ciri khas tersendiri berkaitan dengan objek pembahasan dan persolan yang akan dibahas di dalamnya. Karena itu sebelum kita masuk disiplin ilmu pengetahuan, tidak ada salahnya jika kita membahas sekelumit tentang filsafat itu sendiri. Sebelum itu, ada sebuah kisah menarik dari  seorang filsuf Perancis yang mana ia telah belajar filsafat dan berposisi sebagai seorang dosen filsafat. Selama 30 tahun mengajar filsafat, ia baru membawa buku “what is philosophy”. Akhirnya ia di tanya “ bukankah anda sudah mengajar selama 30 tahun, tapi kenapa baru membaca buku itu ?”. Karena itulah sebelum masuk disiplin pengetahuan selayaknya kita tahu sebenarnya apa yang di bahas dalam disiplin ilmu pengetahuan tersebut agar kita tidak bingung dan juga lebih terarah.
Berkenaan dengan filsafat, ada beberapa pendahuluan yang akan di sampaikan,yakni :
§  Pertama, filsafat hadir di Yunani, dalam artian penulisan sejarah filsafat pertama kali di tulis dan di bukukan di Yunani, hal itu tidak berarti bahwa Yunani lah yang pertama kali berfilsafat. Namun harus diakui yang pertama kali membukukan pemikiran filsafat adalah Yunani. Jadi kalau kita masuk teks sejarah, yang pertama kita temukan adalah Yunani. Namun disisi lain kita mesti mengakui bahwa filsafat sebagaimana filsafat, menggunakan metodologi rasional  dengan menggunakan akalnya. Berdasarkan hal ini, umur sejarah filsafat berbarengan dengan hadirnya manusia di dunia ini. Sejak saat itulah manusia menelusuri realitas dengan akalnya, manusia mulai bertanya kita dari mana? kita mau kemana?  itulah pertanyaan yang lumrah hadir pada manusia yang menggunakan akalnya. Karena itu manusia mulai berfilsafat sejak manusia hadir di dunia ini. Jadi dalam penulisan filsafat, pertama kali yang kita temukan dalam sejarah adalah Yunani, meskipun jika kita baca sejarahnya, para  filosof Yunani  sebelum menuliskan filsafatnya, ia pergi ke Mesir, India, Persia  untuk mencari jejak-jejak filsafat, mereka bergeilrya untuk mencari realitas itu sendri.
§  Kedua, filsafat hadir berhadap-hadapan dengan skepstisisme. Kalau kita baca sejarah Socrates, ia hadir untuk menafikan aliran skeptis (pemahaman yang mengingkari adanya realitas), karena itu filsafat muncul berkenaan dengn realitas. Karena itu pula  Socrates menyebut dirinya philosophia, cinta kebijaksanaan
§  Ketiga, filsafat hadir dengan dialektika. Yang pertama kali menggunakan dialektika bukan Marx, tapi Socrates. Karena ia mengajarkan filsafat dengan dilektika(dialog/tanya jawab). Apa itu realitas? Kemudian muridnya menjawab, kemudian dia tanya lagi, hingga seterusnya.  Karena filsafat  hadir dengan dialektika , karena itu pula ia berkembang dengan dialektika, dengan kritik. Dan dari kritik itulah filsafat  muncul dan berkembang hingga saat ini.
Kalau kita lihat dibarat ada 3 periode besar pemikiran Filsafat  Barat,yakni:
§  Yunani hingga ke Skolastik
§  Skolastik hingga ke Hume
§  Hume hingga ke Kant
§  Kant hingga saat ini (filsafat analitik) yang sudah tidak membahas ontologi.
Barat meninggalkan ontologi sejak adanya renaissance, karena saat itu filsafat Aristoteles dicurigai sebagai filsafat yang memundurkan peradaban di barat. Oleh karena itu munculnya Renaissance sama dengan meninggalkan pemikiran Aristoteles. Tapi kalau kita lihat di islam justru sebaliknya, warisan ontologi Aristoteles dan Plato masih terjaga, namun tentu dengan kritikan, yaitu mencoba meramu kelemahan-kelemahan yang ada didalam filsafat Aristoteles dan Plato dan selanjutnya menghadirkannya kembali.
Banyak yang mengatakan bahwa filsafat islam adalah catatan kaki dari Plato dan Aristoteles, dalam arti lain  islam tidak punya filsafat, bahwa islam hanya meneruskan tradisi Plato dan  Aristoteles. Ini sebagian pemahaman yang diyakini sebagian orang bahwa kita tidak punya filsafat. Sebelum masuk kedalam pembahasan ini ada baiknya kita mengkaji terlebih dahulu apa itu definisi filsafat. Definisi filsafa,kalau kita mengkaji apa yang dibahasnya adalah eksisten qua eksisten (wujud sebagaimana wujud).
§  Menurut Mulla Sadra : Filsafat adalah untuk menyempurnakan jiwa manusia melalui akal rasionalnya.
§  Menurut Socrates bahwa filsafat itu melatih diri untuk kematian.ini adalah definisi yang menarik.  Socrates sebagaimana kita saksikan dalam sejarah, jiwanya adalah tebusan dari apa yang diyakini dari filsafatnya.
Kalau kita masuk dalam sejarah filsuf, kita dapat melihat bagaimana kehidupan sosok filosof. hampir tidak satupun filosof yang hidup seperti kita, masuk kuliah, pulang dengerin musik, tidur, makan enak kemudian esoknya kembali kuliah lagi, dan selasai. Tapi filsuf sebagaimana filsuf seperti Mulla Sadra ia berjalan kaki dari Iran ke Mekkah . Dari perjalanan kakinya itu ia mendapatkan ilham dan membangun filsafatnya. Sebagaimana Suhrawardi ia mendapatkan filsafatnya dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk mencari hakekat. Sampai dalam bukunya “hikmatul isyraq” Suhrawardi  berkata “ Anda tidak akan mengerti buku yang saya tulis yang berjudul hikmatul isyraq kecuali anda berpuasa 40 hari berturut-turut”. Begitu juga Karl Marx seorang filsuf Materialisme, ia harus bersusah payah hingga harus meminjam uang pada Lenin untuk menghidupi keluarganya. Ia membangun teori filsafat ekonomi dengan kehidupan seperti ini.
Karena itu filsafat adalah derita, filsafat itu  adalah derita pengetahuan. Ia  berbeda dengan fakultas lain, hanya masuk kelas kemudian selesai, masuk sekedar mendegarkan dosen saja. Tapi filsafat adalah derita.  Derita pengetahuan itu harus anda rasakan, kalau anda belum merasakan derita pengetahuan berarti anda belum berfilsafat. Tapi anda masih mencari istilah filsafat. Jadi ada dua orang yang belajar filsafat, ada orang yang mencari istilah filsafat, ada yang berfilsafat. Yang berfilsafat inilah yang merasakan derita pengetahuan. Ia mirip dengan cinta yang tidak membiarkan anda tidur, tidak membiarkan anda senang, kecuali anda menemukan sesuatu. Karena itu filsafat itu lebih banyak pada perenungan.
Ini beda dengan disiplin pengetahuan lain. Kalau disiplin pengetahuan yang lain ada metode membaca cepat. Dalam filsafat justru sebaliknya. Anda dilarang membaca cepat. Anda tidak boleh membaca cepat. Jadi dalam satu paragraf anda harus berfikir sepuluh kali. Beginilah kalau anda masuk dalam sejarah filsafat.  Jadi anda tidak pernah menemukan filsuf yang enak. Karena filsafat itu adalah derita pengetahuan. Jadi kalau mau berfilsafat konsekuensinya adalah harus merasakan derita pengetahuan. Pertanyaanya, Pernah tidak ada persolan yang membuat anda derita? Pernah tidak satu pembahasan yang memebuat anda menderita, tidak enak tidur karena satu pembahasan teretntu? Kalau pernah disitulah anda berfilsafat. Jadi filsafat itu lebih banyak masuk ke dalam perenungan. Stress bagi seorang filsuf adalah sebuah bentuk kenikmatan, sehingga ia merelakan dirinya untuk berfilsafat. Inilah kira-kira pendahuluan pertama tentang filsafat.
Kembali ke pernyataan sebelumnya yang mengatakan bahwa kita tidak punya filsafat islam,  ini mungkin tidak tepat. Karena ada banyak pembahasan dalam filsafat islam yang sama sekali tidak dibahas dalam filsafat barat, seperti pembahasan ilmu hudhuri dan hushuli yang mana  itu tidak ditemukan di dalam filsafat barat. Kemudian ada  Pembahasan universal yang dibagi menjadi primer dan sekunder, ada juga pembahasan gerak substansi yang tidak ditemukan dalam filsafat barat, tapi ada didalam filsafat islam. Karena itu banyak tema-tema yang tidak kita temukan dalam filsafat barat tapi kita temukan dalam filsafat islam.  Karena itu pula disini menunjukkan bahwa kita punya filsafat islam. Tapi bahwa filsuf islam punya interaksi dengan filsafat barat itu benar. Kita punya interaksi dengan filsafat barat dalam pengertian filsafat muslim juga membaca karya plato, Aristoteles, dll.
Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah, pada abad II H terjadi penerjamahan besar-besaran oleh dari fisafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Disinilah kemudian pemikir  islam mulai berfilsafat  memikirkan tentang filsafat dari kegiatan penerjemahan ini. Setelah itu sampai abad V H secara garis besar muncul filsafat Peripatetik yang diwakili Ibn Sina kemudian abad ke VI H yang diwakili Suhrawardi yang mewakili filsafat Illuminasi. Kemudian akhir abad ke X H atau awal abad XI muncul Hikmah Muta’aliyah oleh Mulla sadra. Pertanyaannya, atas dasar apa kita membedakan ketiga aliran tersebut ?
Dalam filsafat Paripatetik, metodologi yang dipakai murni menggunakan akal rasionalitas, karena itu disinilah terdapat persamaan seluruh filsafat yang ada dimuka bumi ini . Mereka menggukan akal sebagai metodologi dalam menyingkap realitas ekstenal. Baik filsafat India, filsafat Yunani , filsafat Timur maupun filsafat Islam, semuanya menggunakan akal sebagai metodologi untuk menyingkap realitas eksternal. Karena itu prediket islam, barat, timur, india dst, itu hanya menunjukkan karakterisktik dalam sebuah filsafat. Misalnya disebut filsafat islam, islam ini hanya sebuah karakteristik yang muncul dalam pemikiran filasafat islam. Hanya sebagai karakteristik saja. Karena filsafat sebagaimana filsafat semunya sama, yakni menggunakan akal dalam menyingkap realitas eksternal. karena itu Islam, Barat, India ,Timut dst hanya menjelaskan karakteristik dalam sebuah aliran filsafat.
Paripaterik hanya menggunakan rasio dalam menjelaskan hakekat reliatas eskternal. Berbeda dengan Suhrawardi dengan filsafat Illumiunasinya  di abad ke VI H, selain menggunakan akal, ia juga menggunakan syuhud/penyaksian dalam menyingkap realitas eksternal. Sebagaimana diketahui, problema besar yang ada pada abad ke V H adalah dalam menyatukan akal dan qalbu (syuhud/penyaksian). Mulla Sadra awal abad  XI H berhasil melakukan harmonisasi/dialketika antara  akal, qolbu/syuhud dan wahyu. kemudian dialektika ini menghasilkan teori baru yang menghsilkan prinsip baru .
Contohnya dalam pembahasan maa’d jismani. Apakah yang dibangkitkan itu selain ruh adalah jismani atau bukan. Seperti dalam Paripatetik, Ibn Sina meyakini bahwa yang dibangkitkan adalah ruh. Tapi kata ibn sina, jika saya merujuk ke dalam Quran dan Hadist, saya banyak menemukan bahwa  yang dibangkitkan itu adalah jismani dan ruhnya.
....qoola man yuuhyil izoma wahiya ramim... (QS Yasin 36:78)
“ siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh? “
ini menunjukkan bahwa yang dibangkitan kelak adalah jismani. Nah ditangan Sadra, dialektika antara akal, qalbu, dan wahyu menghasilkan prinsip baru. Menurut sadra yang dibangkitkan nanti memang jismani namun bukan jismani sebagaimana jismani yang ada di alam materi, tapi jismani yang dimaksud adalah jismani ukhrawi. Yakni satu bentuk jismani yang khusus karakteristik di alam ukhrawi/ di alam kebangkitan kelak. Karena itu didalam filsafat islam ada tiga aliran besar, yakni:
§  Paripatetik yang murni menggunakan akal
§  Illuminasi yang menggunakan antara akal dan syuhud (qolbu)
§  Hikmah Muta’aliyah yang menggabungkan akal, syuhud dan wahyu. Dan gabungan ketiganya inilah yang menghasilkan prinsip yang baru dalam fialsfat Mulla Sadra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar