Orang Indonesia selama ini
rata-rata dianggap sebagai orang yang bodoh, bahkan ada lelucon yaitu otak
orang Indonesia bagus untuk penelitian karena masih fresh alias tidak pernah
dipakai. Kita juga terkadang muak dengan ocehan orang Negara sebelah yang
bilang Indon yang identic dengan kebodohannya. Namun sebenarnya orang Indonesia
nggak kalah pinter disbanding orang dari Negara maju sekalipun. Yang membedakan
adalah mereka memiliki system pendidikan dan infrastruktur yang modern, yang
bias memaksimalkan potensi a.k.a otak dari setiap peserta didik.
Lalu mana buktinya kalau orang Indonesia ada yang jenius layaknya orang baratm Jepang, atau Amerika? Sebenarnya tinggal jawab Habibie aja orang pintar seluruh dunia juga sudah tahu. Tapi Habibie tidak sendirian, banyak orang jenius Indonesia yang sukses di luar negeri, bahkan memiliki prestasi yang mengagumkan. Menempuh pendidikan di universitas terkenal yang tentu saja bukan STIS, bekerja di lembaga riset terkenal dunia yang juga tentu saja bukan BPS. Sudah sangat banyak media yang membahasnya, tapi tak salah jika membaca lagi. Berikut beberapa contohnya :
1. Profesor Nelson Tansu
Lalu mana buktinya kalau orang Indonesia ada yang jenius layaknya orang baratm Jepang, atau Amerika? Sebenarnya tinggal jawab Habibie aja orang pintar seluruh dunia juga sudah tahu. Tapi Habibie tidak sendirian, banyak orang jenius Indonesia yang sukses di luar negeri, bahkan memiliki prestasi yang mengagumkan. Menempuh pendidikan di universitas terkenal yang tentu saja bukan STIS, bekerja di lembaga riset terkenal dunia yang juga tentu saja bukan BPS. Sudah sangat banyak media yang membahasnya, tapi tak salah jika membaca lagi. Berikut beberapa contohnya :
1. Profesor Nelson Tansu
Pria kelahiran 20 Oktober 1977
ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah
bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano
adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi
teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di
dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya,
mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar
laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt. Pada
usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas
Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda
sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada
usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada
1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam
Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika. Sampai kini ia getol
merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia
masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di
Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia
2. MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
Di sebuah ruang kerja di kompleks
Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di Saint
Louis, Missouri, Amerika Serikat. Seorang lelaki Jawa berwajah “dagadu”—sebab
senyum tak pernah lepas dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat. Dialah,
Muhammad Arief Budiman, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi
motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group.
Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan
genetika itu.
Arief tak
hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di
negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American
Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli
genetika tanaman—American Association for Cancer Research. Agar seseorang bisa
menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia.
Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif
dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang
kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, “Meskipun latar belakang saya
adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai
kanker manusia,” ujarnya.
3. Prof Dr. KHOIRUL ANWAR
Para ilmuwan dunia berkhidmat
ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal
efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler. Graduated from Electrical
Engineering Department, Institut Teknologi Bandung (with cum laude honor) in
2000. Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and
Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a recipient of
IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006,
California, USA. Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem
telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing)
adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of
Science and Technology, Jepang.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan. Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa.
4. Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan. Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa.
4. Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto
Prestasi membanggakan ditorehkan
Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto. Pria kelahiran Surabaya ini berhasil
menggondol gelar profesor dan empat doktor dari sejumlah universitas di Jepang.
Lebih hebatnya, puncak penghargaan akademis itu dicapainya pada usia 37 tahun.
ia sudah mematenkan 31 penemuannya, 29 di Jepang, dua di AS, untuk bidang
interdisipliner ilmu elektronika, kedokteran, dan farmasi.
Sebegitu terkenalnya Soetanto di Jepang sampai-sampai oleh mahasiswanya ia memiliki metode khusus mengajar yang diberi nama “Metode Soetanto” atau “Efek Soetanto”. Pada 1988-1993, dia tercatat sebagai direktur Clinical Education and Science Research Institute (CERSI) merangkap associate professor di Drexel University dan School Medicine at Thomas Jefferson University, Philadelphia, AS. Dia juga pernah tercatat sebagai profesor di Biomedical Engineering, Program University of Yokohama (TUY). Selain itu, pria kelahiran 1951 tersebut saat ini masih terdaftar sebagai prosefor di almameternya, School of International Liberal Studies (SILS) Waseda University, serta profesor tamu di Venice International University, Italia.
Otak arek Suroboyo itu memang brilian. Dia berhasil menggabungkan empat disiplin ilmu berbeda. Hal tersebut terungkap dari empat gelar doktor yang diperolehnya. Yakni, bidang applied electronic engineering di Tokyo Institute of Technology, medical science dari Tohoku University, dan pharmacy science di Science University of Tokyo. Yang terakhir adalah doktor bidang ilmu pendidikan di almamater sekaligus tempatnya mengajar, Waseda University. “Sistem pendidikan di sini (Indonesia) sudah tertinggal jauh”. Satu penemuannya bernama NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization) memberinya penghormatan sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
5. Prof Dr. Ing BJ Habibie
Sebegitu terkenalnya Soetanto di Jepang sampai-sampai oleh mahasiswanya ia memiliki metode khusus mengajar yang diberi nama “Metode Soetanto” atau “Efek Soetanto”. Pada 1988-1993, dia tercatat sebagai direktur Clinical Education and Science Research Institute (CERSI) merangkap associate professor di Drexel University dan School Medicine at Thomas Jefferson University, Philadelphia, AS. Dia juga pernah tercatat sebagai profesor di Biomedical Engineering, Program University of Yokohama (TUY). Selain itu, pria kelahiran 1951 tersebut saat ini masih terdaftar sebagai prosefor di almameternya, School of International Liberal Studies (SILS) Waseda University, serta profesor tamu di Venice International University, Italia.
Otak arek Suroboyo itu memang brilian. Dia berhasil menggabungkan empat disiplin ilmu berbeda. Hal tersebut terungkap dari empat gelar doktor yang diperolehnya. Yakni, bidang applied electronic engineering di Tokyo Institute of Technology, medical science dari Tohoku University, dan pharmacy science di Science University of Tokyo. Yang terakhir adalah doktor bidang ilmu pendidikan di almamater sekaligus tempatnya mengajar, Waseda University. “Sistem pendidikan di sini (Indonesia) sudah tertinggal jauh”. Satu penemuannya bernama NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization) memberinya penghormatan sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
5. Prof Dr. Ing BJ Habibie
Prof. Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult.
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi
Selatan Indonesia. Setelah menyelesaikan kuliahnya dengan tekun selama lima
tahun, B.J. Habibie memperoleh gelar Insinyur Diploma dengan predikat Cum Laude
di Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara.
Kejeniusannya membawanya memperoleh Gelar Doktor Insinyiur di Fakultas Teknik
Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara dengan predikat Cum Laude
tahun 1965.
B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman (1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973). Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978), penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri (1978). Pada tahun 1977 dia menyampaikan orasi jabatan guru besarnya tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung. Tergugah untuk melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie kembali ke tanah air, ketika Presiden Soeharto memintanya untuk kembali. Dia memulai kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung direspon oleh Presiden Republik Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978 dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap sebagai kepala BPPT. Dia memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998.
Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan sukses menyelenggarakan Pemilu paling demokratis yang pernah ada yaitu Pemilu 1999. Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa nasional dan internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour, hadiah tertinggi dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das Grosskreuz’ medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; ‘Edward Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada tahun 1994; ‘Star of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol tahun 1987. Dia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.
Habibie terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, CN-235, N-250 dan N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit.Banyak orang menganggap beliaulan orang tercerdas, terpintar yang pernah dimiliki Indonesia
6. JOHNY SETIAWAN, Ph.D
B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman (1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973). Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978), penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri (1978). Pada tahun 1977 dia menyampaikan orasi jabatan guru besarnya tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung. Tergugah untuk melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie kembali ke tanah air, ketika Presiden Soeharto memintanya untuk kembali. Dia memulai kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung direspon oleh Presiden Republik Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978 dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap sebagai kepala BPPT. Dia memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998.
Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan sukses menyelenggarakan Pemilu paling demokratis yang pernah ada yaitu Pemilu 1999. Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa nasional dan internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour, hadiah tertinggi dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das Grosskreuz’ medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; ‘Edward Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada tahun 1994; ‘Star of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol tahun 1987. Dia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.
Habibie terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, CN-235, N-250 dan N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit.Banyak orang menganggap beliaulan orang tercerdas, terpintar yang pernah dimiliki Indonesia
6. JOHNY SETIAWAN, Ph.D
Johny Setiawan membuat mata dunia
tercengang dengan penemuan planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW
Hydrae. Penemuan itu sangat spektakuler karena dari 270 planet di luar tata
surya yang telah ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun
planet yang muncul dari bintang muda. Johny yang memimpin tim peneliti di Max
Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan planet
pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae dengan menggunakan
teleskop spektrograf F EROS sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile.
Setamat SMA, pada 1992–1993,Johny mengenyam pendidikan pra-universitas di
Studienkolleg Heidelberg,Jerman. Johny kemudian mempelajari Fisika di
Albert-Ludwigs-Universitat, Freiburg, Jerman, dan mengambil Master di
Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg. Disertasinya di
Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg, berjudul Radial velocity
variation of G and K Giants. Sejak Juni 2003, Johny bekerja sebagai peneliti
post-doctoral di MPIA, di Department of Planet and Star Formation (Prof.
Dr.Thomas Henning). Wilayah risetnya saat ini meliputi planet-planet di luar
tata surya di sekitar bintangbintang muda dan bintang-bintang yang sedang
terbentuk. Selain itu,Johny yang tinggal di Bintaro Sektor IX ini juga meneliti
atmosfer yang berperan sebagai bintang.
7. Yow-Pin Lim
7. Yow-Pin Lim
Yow-Pin Lim, putra kelahiran
Surabaya adalah contoh lain kisah sukses putra Indonesia di luar negeri. Ia
adalah pendiri Chief Scientific Officer Pro Thera Biologics, sebuah perusahaan
di Rhode Island, AS. Pro Thera dibentuk sebagai keberlanjutan teknologi yang
telah dikembangkan di Rhode Island Hospital, dengan misi mengembangkan dan
memasarkan produk berbasiskan protein theranostic dan therapeutic. Riset yang
dihasilkan pria kelahiran Cirebon 49 tahun yang lalu ini berkontribusi pada
pemahaman terhadap molekul kompleks pada fisiologi manusia dan berbagai macam
penyakit, terutama sepsis, anthrax, dan kanker. Lim kini memiliki beberapa
paten, antara lain Preparative Electrophoresis Device and Methods for Detecting
Cancer of the Central Nervous System. Hebatnya penemuan Lim menjadi acuan utama
rumah sakit-rumah sakit di AS saat ini.
8. Yanuar Nugroho
8. Yanuar Nugroho
Tahun 2009 lalu, seorang putra
Indonesia menyedot perhatian dunia akademik di Inggris . Namanya Yanuar
Nugroho, pengajar di Institut Kajian Inovasi ata Manchester Institution of
Innovation Research dan Pusat Informatika Pembangunan Universitas Manchester.
Yanuar meraih penghargaan sebagai dosen terbaik 2009 dan hebatnya ia adalah
satu-satunya orang Indonesia yang jadi dosen di Inggris. Menurut Yanuar,
Desember tahun lalu, kriteria utama penilaian penghargaan tersebut adalah
sumbangan akademik lewat penelitian, tulisan, seminar, kuliah dan konferensi.
Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat pada lebih dari 15 penelitian yang
didanai oleh Uni Eropa, Dewan Riset Inggris, Dewan Riset Eropa, serta
Departemen Industri dan Perdagangan Inggris.
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional, presentasi di konferensi kelas dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge. Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan post-doctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.
9. Andreas Raharso
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal internasional, presentasi di konferensi kelas dunia, dan menjadi dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford dan Cambridge. Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari Universitas Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan post-doctoral pada 2008. Sejak Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.
9. Andreas Raharso
Satu lagi putra Indonesia yang
membanggakan di luar negeri adalah Andreas Raharso. Pria berusia 44 tahun itu
saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay
Group. Hay Group mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat
di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pemimpin dunia
seperti AS, Perancis, dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas cukup fenomenal,
karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak.
Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.
Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Kesadaran bahwa kondisi pendidikan di Tanah Air masih belum kondusif membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk meraih sukses. Di Tanah Air, dunia pendidikan kita saat ini malah masih mempersoalkan perlu tidaknya ujian nasional (UN).
10. March Boedihardjo
Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Kesadaran bahwa kondisi pendidikan di Tanah Air masih belum kondusif membuat mereka harus meninggalkan Indonesia untuk meraih sukses. Di Tanah Air, dunia pendidikan kita saat ini malah masih mempersoalkan perlu tidaknya ujian nasional (UN).
10. March Boedihardjo
Bocah Indonesia, March Boedihardjo,
mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong
(HKBU). March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus
master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi
tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian
lima tahun(dari 2007). Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan
lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan
dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika saya di Oxford, semua
rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan
tugas-tugas matematika,’’ kisahnya. March memang menempuh pendidikan menengah
di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu
waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat
dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil
menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh
persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan
predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa
mendapat status tersebut.
Itulah beberapa nama orang Indonesia yang bias dikatakan jenius dan sukses dalam karir akademisnya. Mungkin bias dikatakan anda boleh jenius, tapi jika ingin sukses jangan berkarir di Indonesia. Memang miris melihat banyak orang pintar Indonesia yang tinggal dan meneliti untuk Negara lain. Tapi hal ini masuk akal karena perhatian pemerintah terhadap riset masih sangat kurang. Hal ini bias dilihat dari sikap pemerintah yang lebih sibuk menaikkan gaji pejabat dan PNS daripada menaikkan anggaran penelitian. Lebih sibuk menganggarkan dana pembelian mobil baru, gedung baru, renovasi ini itu daripada hal yang jauh lebih penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kalo buat naikin ID kami sih masih dapat diampuni.
Itulah beberapa nama orang Indonesia yang bias dikatakan jenius dan sukses dalam karir akademisnya. Mungkin bias dikatakan anda boleh jenius, tapi jika ingin sukses jangan berkarir di Indonesia. Memang miris melihat banyak orang pintar Indonesia yang tinggal dan meneliti untuk Negara lain. Tapi hal ini masuk akal karena perhatian pemerintah terhadap riset masih sangat kurang. Hal ini bias dilihat dari sikap pemerintah yang lebih sibuk menaikkan gaji pejabat dan PNS daripada menaikkan anggaran penelitian. Lebih sibuk menganggarkan dana pembelian mobil baru, gedung baru, renovasi ini itu daripada hal yang jauh lebih penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kalo buat naikin ID kami sih masih dapat diampuni.