1. Metode Langsung (Direct Method)
Direct artinya langsung. Direct method atau model langsung yaitu
suatu cara mengajikan materi pelajaran bahasa asing di mana guru
langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan
tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika
ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru
dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemontstrasikan,
menggambarkan dan lain-lain.
Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing
tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu
pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus tertentu,
berpikir, dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik
dilatih praktek langsunng mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat
tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula masih
asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit
kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula
mengartikannya.
Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajarkan basah
kepada anak-anaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya
mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat dan anaknya menurutinya
meskipun masih terihat lucu. Misalnya ibunya mengajar “Ayah” maka anak
tersebut menyebut “Aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak
mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula maksudnya
Pada prinsipnya metode langsung (direct method) ini sangat utama
dalam mengajar bahasa asing, karena melalui metode ini siswa dapat
langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa
lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat sulit anak didik untuk
menuirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik.
Ciri-ciri metode ini adalah :
Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat
Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut
menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang utam adalah siswa mampu
mengucapkan bahasa secara baik
Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga)
baik berupa alat peraga langsung, tidak langsung (bnda tiruan) maupun
peragaan melalui simbol-simbol atau gerakan-gerakan tertentu
Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar-benar dikondisikan
untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa asing, dan dilarang
menggunakan bahasa lain.
Kebaikan metode langsung (Direct)
Metode langsung (direct) dilihat dari segi efektivitasnya memiliki keunggulan antara lain :
Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat
dalam bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru
menggunakan alat peraga dan macam-macam media yang menyenangkan
Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan
kalimat-kalimat sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa
dalam bahasa sehari-hari misalnya (pena, pensil, bangku, meja, dan
lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah menangkap simbol-simbol bahasa
asing yang diajarkan oleh gurunya.
Metode ini relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga :
apakah video, film, radio kaset, tape recorder, dan berbagaimedia/alat
peraga yang dibuat sendiri, maka metode ini menarik minat siswa, karena
sudah merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit
Siswa memperoleh pengalaman langsung danpraktis, sekalipun mula-mula
kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya
Alat ucap / lidah siswa/anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan-ucapan yang semula sering terdengar dan terucapkan
Kekurangan-kekurangan metode langsung (Direct)
Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidakdapat memotivasi siswa,
bahkan mungkin sekali siswa merasa jenuh dan merasa dfongkol karena
kata-kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat
dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa
diterjemahkan ke dalam bahasa anak.
Pada tingkat-tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit
diterapkan, karena siswa belum memiliki bahan (perbendaharaan kata) yang
sudah dimengerti
Meskipun pada dasarnya metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa
sehari-hari dalam menyampaikan bahan pelajaran bahasa asing tapi pada
kenyataannya tidak selalu konsisten demikian, guru terpaksa misalnya
menterjemahkan kata-kata sulit bahasa asing itu ke dalam bahasa anak
didik.
Metode ini sebenarnya tepat sekali digunakan pada tingkat permulaan
maupun atas karena si siswa merasa telah memiliki bahan untuk
bercakap/cercicara dan tentu saja agar siswa betul-betul merasa
tertantang untuk bercakap/berkomunikasi; maka sanksi-sanksi dapat
ditetapkan bagi mereka yang menggunakan bahasa sehari-hari.
2. Metode Berlitz (Berlitz Method)
Metode Berlitz (Berlitz Metode) adakah metode langsung (Direct
Method) yang selalu digunakan di sekolah-sekolah Berlitz sebagai metode
utama.
Semua sekolah-sekolah Berlitz menggunakan metode langsung (direct
Method) ini dalam pengajaran bahasa-bahasa asing di sekolahnya dan bnyak
lagi sekolah-sekolah lain di Amerika dan Eropa yang secara rutin
menerapkan metode ini.
Mereka telah yakin bahwa metode inilah yang paling cocok dan paling
berhasil untuk pengajaran bahasa asing agar lebih serasi dan mencapai
kemampuan aktif berbahasa asing.
Karena itu metode langsung disebut juga dengan metode Berlitz, sebab
sekolah-sekolah berlitz lebih banyak mempopulerkan pemakaian metode ini
secara kontinu dan mereka ternyata memang berhasil sangat baik.
3. Metode Alami (Natural Method)
Metode alami (Natural Method) disebut demikian karena dalam proses
belajar, siswa dibawa ke alam seperti halnya pelajaran bahasa ibu
sendiri
Dalam pelaksanaannya metode ini tidak jauh berbeda dengan metode
langsung (direct) dimana guru menyajikan materi pelajaran langsung dalam
bahasa asing tanpa diterjemahkan sedikitpun, kecuali dalam hal-hal
tertentu di mana kamus dan bahasa anak didik dapat digunakan.
Ciri Metode Natural ini antara lain :
Urutan pelajaran mula-mula diberikan melalui menyimak/mendengarkan
(listening) baru kemudian percakapan (speaking), membaca (reading)
menulis atau (writing) terahir baru gramatika
Pelajaran disajikan mula-mula memperkenalkan kata-kata yang sederhana
yang telah diketahui oleh anak didik, kemudian memperkenalkan
benda-benda mulai dari benda-benda yang ada di dalam kelas, dirumah dan
luar kelas, bahkan mengenal luar negeri atau negara-negara asing
terutama Timur Tengah.
Alat peraga dan kamus yang dapat digunakan sewaktu-waktu sangat
diperlukan, misalnya untuk menjelaskan dan mengartikan kata-kata sulit
dalam bahasa asing, dan memperbanyak perbendaharaan kata-kata atau
memperkaya Vocabulary sebagai syarat utama menguasai bahasa asing
Oleh karena kemampuan dan kelancaran membaca dan bercakap-cakap sangat
diutamakan dalam metode ini maka pelajaran gramatikal (tata bahasa)
kurang diperhatikan
Kebaikan Metode Natural
Kebaikan metode ini antara lain :
Pada tingkat lanjutan metode ini sangat efektif, karena setiap individu
siswa dibawa ke dalam suasana lingkungan sesungguhnya untuk aktif
mendnegarkan dan menggunakan percakapan dalam bahasa asing
Pengajaran membaca dan bercakap-cakap dalam bahasa asing sangat
diutamakan, sedangkan pelajaran gramatika diajarkan sewaktu-waktu saja
Pengajaran menjadi bermakna dan mudah diserap oleh siswa, karena setiap
kata dan kalimat yang diajarkan memiliki konteks (hubungan) dengan dunia
(kehidupan sehari-hari) siswa/anak didik
Segi kekurangan metode ini antara lain :
Siswa merasa kesulitan belajar apabila belum memiliki bekal dasar bahasa
asing terutama pada pada tingkat-tingkat pemula, sehingga penggunaan/
pemakaian bahasa asli siswa tidak dapat dihindari. Dengan demikian
tujuan semua dari metode ini untuk membaca dan bercakap-cakap selalu
dalam bahasa asing sulit diterapkan secara murni, tapi harus diterapkan
secara konsekuen
Pada umumnya anak didik dan guru bersikap tradisional mengutamakan
gramatika lebih dahulu daripada membaca dan percakapan sesuatu hal yang
salah secara alamiah yang amat perlu diubah
Pada umumnya pengajaran bahasa asing di sekolah-sekolah kita sangat
terasa kekurangan macam-macam media/alat peraga yang diperlukan; yang
seyogyanya para guru harus aktif membuatnya
Guru yang kurang memiliki kemampuan dan pengalaman praktis dalam
berbahasa asing merupakan faktor sulitnya diterapkan dan berhasil secara
baik metode tersebut. Guru haruslah seorang yang aktif berbicara di
dalam bahasa asing tersebut, barulah murid-muridnya akan mampu pula
aktif di dalam belajar (praktek) bahasa.
4. Metode Percakapan (Conversation Method)
Yaitu mengajarkan bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Arab
atau bahasa-bahasa lainnya yang cara langsung mengajak murid-murid
bercakap-cakap/berbicara di dalam bahasa asing yang sedang diajarkan
ini. Tentunya dimulai dengan kata-kata atau kalimat-kalimat atau
ungkapan-ungkapan yang biasa berlaku pada kegiatan-kegiatan sehari-hari,
seperti : Good Morning, How are you? What are you doing? Can you speak
English? Dan sebagainya; atau kalimat-kalimat, percakapan di dalam kelas
di sekitar sekolah, dirumah di kantor dan sebagainya; semakin lama
semakin meluas dan beragam.
Yang namanya berbahasa itu ialah berbicara (sebagai fungsi pokok
bahasa); peran kedua barulah membaca/memahami tulisan atau buku.
Jadi fungsi utama belajar bahasa asing itu ialah kemampuan berbahasa
aktif, berkomunikasi lisan atau bercakap-cakap. Itulah tujuan utama atau
target pokok mempelajari bahasa asing, disusul dengan kemampuan membaca
dan memahami atau penguasaan pasif.
Oleh karena itu, metode utama dan pertama di dalam kegiatan belajar
mengajar bahasa asing itu semestinya adalah Metode Percakapan
(Conversation Method). Metode ini disejalankan dengan Direct Method dan
Natural Method, yang pelaksanaanya dengan menerapkan fungsi dan
prinsip-prinsip ketentuan dari tiap-tiap metode ini.
Di negara-negara maju seperti AS dan Eropa, orang menerapkan ketiga
methode ini sebagai praktek utama ditambah lagi dengan alat peraga/audio
visual aids yang mencukupi dan serasi sehingga dalam waktu satu
semester telah mampu mengunjungi negara dari bahasa bangsa yang
dipelajari, belajar dan praktek selama 1 tahun telah langsung mampu
menulis disertai di dalam bahasa asing tersebut.
Jadi disamping metodenya yang serasi, medianya dan buku-buku yang
lengkap, gurunya punya kepabelitas tinggi, muridnya pun perlu
bersungguh-sungguh belajar serta cerdas. Tanpa keempat syarat tersebut
terpenuhi maka orang bertahun-tahun bahkan belasan tahun belajar bahasa
asing.
5. Metode Phonetic (Mendengar dan Mengucapkan)
Metode ini mengutamakan ear training dan speak training yaitu cara
menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan mendengarkan
kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan
kalimat dalam bahasa asing yang sedang dipelajari.
Metode Phonetic ini dapat dikatakan gabungan dari dua metode Natural
dan Reading diatas. Dimana mula-mula menurut metode ini pelajaran
dimulai dengan latihan-latihan mendengar kemudian diikuti dengan
latihan-latihan mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat dalam bahasa
asing. Kemudian disusul latihan-latihan membaca (reading and
conversation).
Langkah-langkah pelaksanaan metode ini yang dapat dilakukan :
Guru membacakan bacaan-bacaan bahasa asing di depan kelas, atau
membuka/menghidupkan acara bacaan berupa radio kaset/video, siswa
mendengarkan dan memperhatikan baik-baik acara bacaan ini dengan cermat,
serius (tidak ada yang main-main saat pembacaan itu), siswa harus
memperhatikan betul langgam dan intonasi, serta gerak-gerik bentuk mimik
tertentu dalam bacaan
Seri-seri dalam bacaan itu hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menjadi bahan bacaan yang sempurna/berkelanjutan
Guru dapat menghentikan seri-seri tertentu jika seri pelajaran tersebut
sudah dianggap selesai dan dikuasai oleh anak didik, kemudian dapat
dilanjutkan pada session/seri berikutnya
Setelah pelajaran membaca selesai, maka latihan percakapan dapat
dilakukan. Misalnya percakapan-percakapan yang sifatnya mula-mula
sederhana, setelah itu menuju pada percakapan yang kompleks/lebih sulit
Untuk memperjelas ucapan dan percakapan, maka metode ini dianjurkan untuk menggunakan alat peraga/media pengajaran
Pada setiap akhir materi pelajaran, guru hendaknya memberikan
latihan-latihan praktis membaca dan larihan bercakap-cakap pada
masing-masing anak didik, dan jangan lupa guru dapat memberikn berbagai
catatan-catatan khusus, kesimpulan-kesimpulan dan juga nasihat-nasihat
berupa dorongan (memberi motivasi bagi anak didik) supaya belajar
sungguh-sungguh, rajin dan rutin tiap hari latihan (PR)
Kebaikan-kebaikan Metode Phonetic
Metode ini mengajarkan kemampuan membaca anak didik dengan lancar dan
fasih sekaligus kemampuan percakapan, banyak latihan-latihan dialog dan
menulis (dikte)
Siswa menyimak kesalahan bacaan dan percakapan dari guru atau teman
sekelasnya, untuk kemudian diubah dan diperbaiki letak-letak
kesalahannya itu
Kekurangan-kekurangan Metode Phonetic
Metode ini memerlukan kesungguhan dan keahlian (profesional) dari pihak guru. Disamping perencanaan dan waktu harus matang
Pada tingkat-tingkat pemula (pertama) metode ini masih sulit diterapkan,
terutama bagi anak-anak yang belum memiliki bekal (basic) bahasa asing
yang cukup memadai, sebab itu perlu memotivasi murid dan mengajar secara
komunikatif
Kalau seri-seri pelajaran tidak disusun dan direncanakan sedemikian
rupa, maka pelajaran dan penguasaan materi bagi siswa menjadi
mengambang; misalnya materi pelajaran membaca diberikan sedikit, juga
percakapan pun serba tanggung. Oleh sebab itu pengaturan waktu dan
materi hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga keduanya dikuasai
6. Metode Practice – Theory
Metode ini sesuai dengan namanya, lebih menekankan pada kemampuan
praktis dari teori. Perbandingan dapat berupa 7 unit materi praktis dan 3
unit materi yang bersifat teoritis. Belajar bahasa asing lebih dulu dan
mengutamakan praktek, lalu diiringi dengan teori (tata bahasa).
Jadi disini yang dipentingkan adalah bagaimana siswa/anak didik dapat
mampu berbahasa asing itu secara praktis bukan teoritis. Oleh sebab itu
pengajaran harus diarahkan pada kemampuan komunikatif atau percakapan,
sedangkan gramatika dapat diajarkan sambil lalu saja.
Pada tingkat-tingkat awal materi pelajaran praktis dapat dipilih dan
diterapkan pada hal-hal yang sederhana, apakah itu lewat percakapan
sehari-hari yang ada hubungannya dengan dunia sekolah anak didik atau
lingkungan rumah tangga dan masyarakat lebih luas atau dapat pula
menyebutkan rincian nama-nama benda dan kata kera sebagai dasar
pembentukan bahasa percakapan.
Sedangkan pada tingkat lanjutan atas materi pelajaran dikembangkan
lebih luas dan kompleks melalui percakapan teoritis dan penalaran
ilmiah.
Kelebihan-kelebihan Metode Practice-Theory :
Siswa memperoleh ketrampilan langsung atau praktis dalam berbahasa asing
Siswa merasa tidak dipusingkan oleh aturan-aturan atau kaidah-kaidah
gramatikal karena pelajaran gramatikal hanya diajarkan sambil lalu,
sebagai penajam pemahaman
Pengajaran dapat dinamis (hidup) dan menyenangkan, apalagi sesekali guru
dapat menyelingi dengan percakapan lucu dan media peragaan yang menarik
Paling sesuai dengan alamiah tujuan pengajaran bahasa : yang disebut berbahasa itu ialah berbicara, berkomunikasi lisan
Kekurangan-kekurangan Metode Ptactice Theory
Memerlukan guru yang betul-betul mahir dan aktif berbahasa asing
Pada tingkat-tingkat dasar (awal) metode ini masih sulit diterapkan
karena perbendaharaan kata dan bahasa anak didik masih terbatas, bahkan
terasa kaku. Guru harus memperbanyak menghafalkan pola-pola kalimat yang
baik kepada murid-murid
Pada umumnya kemampuan aplikatif bahasa asing anak didik sangat
ditentukan oleh faktor motivasi dari pihak guru disamping gaya dan
simpatik kepribadian guru. Dan ini jarang dimiliki dalam satu pribadi
guru. Guru perlu sering memotivasi anak didik disela-sela mengajar
bahasa asing (Inggris/Arab)
Kekurangan media peraga sebagai penguat persepsi dan ingatan dapat merupakan sisi lain kekurangan metode ini
7. Metode Membaca (Reading Method)
Metode membaca (Reading Method) yaitu menyajikan materi pelajaran
dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula
membacakan topik-topik bacaan, kemudian diikuti oleh siswa anak didik.
Tapi kadang-kadang guru dapat menunjuk langsung anak didik untuk
membacakan pelajaran tertentu lebih dulu, dan tentu siswa lain
memperhatikan dan mengikutinya.
Teknik metode membaca (Reading Method) ini dapat dilakukan dengan
cara guru langsung membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh
memperhatikan/ mendengarkan bacaan-bacaan gurunya dengan baik, setelah
itu guru menunjuk salah satu di antara siswa untuk membacakannya, dengan
jalan berganti-ganti (bergiliran).
Setelah masing-masing siswa mendapat giliran membaca, maka guru
mengulangi bacaan itu sekali lagi dengan diikuti oleh semua siswa hal
ini terutama pada tingkat-tingkat pertama; lalu kemudian guru
mencatatkan kata-kata sulit atau baru yang belum diketahui siswa di
papan tulis untuk dicatat di buku catatan untuk memperkaya
perbendaharaan kata-kata dan begitulah selanjutnya, hingga selesai
topik-topik yang telah ditetapkan/ditentukan.
Kebaikan Metode Reading/Membaca
Jika dibandingkan dengan metode-metode lain, maka metode ini memiliki segi kelebihan/kebaikan-kebaikan antara lain :
Siswa dapat dengan lancar membaca dan memahami bacaan-bacaan berbahasa asing dengan fasih dan benar
Siswa dapat menggunakan intonasi bacaan bahasa asing sesuai dengan kaidah membaca yang benar
Tentu saja dengan pelajaranmembaca tersebut siswa diharapkan mampu pula
menerjemahkan kata-kata atau memahami kalimat-kalimat bahasa asing yang
diajarkan, dengan demikian pengetahuan dan penguasaan bahasa anak
menjadi utuh
Kekurangan Metode Reasing/Membaca
Pada metode membaca ini, untuk tingkat-tingkat pemula terasa agak sukar
diterapkan, karena siswa masing sangat asing untuk membiasakan lidahnya,
sehingga kadang-kadang harus terpaksa untuk berkali-kali menuntun dan
mengulang-ulang kata dan kalimat yang sulit ditiru oleh lidah siswa yang
bukan dari bahasa asing yang sedang diajarkan. Dan dengan demikian
metode ini relatif banyak menyita waktu.
Dilihat dari segi penguasaan bahasa, metode reading lebih
menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk mengucapkan/melafalkan
kata-kata dalam kalimat-kalimat bahasa asing yang benar dan lancar.
Adapun arti dan makna kata dan kalimat kadang-kadang kurang diutamakan.
Hal ini dapat berarti pengajaran terlalu bersifat Verbalisme
Pengajaran sering terasa memboankan, terutama apabila guru yang
mengajarkan tidak simpatik/metode diterapkan secara tidak menarik bagi
siswa. Dari segi tensi suarapun kadang-kadang cukup menjenuhkan karena
masing-masing guru dan siswa terus-menerus membaca topik-topik
pelajaran. Oleh karena metode ini memiliki segi kekurangan yang berarti,
maka perlu diperhatikan hal-hal yang berikut :
Hendaknya pokok-pokok materi yang akan disajikan senantiasa disesuaikan
dengan taraf perkembangan dan kemampuan siswa pada tingkat tertentu.
Pilih topik dan materi pelajaran yang menarik hati bagi para siswa/yang
sesuai dengan keinginan jiwa mereka
Untuk menghindari verbalisme dalam pengajaran maka guru hendaknya dapat
mengartikan/menerjemahkan kata-kata atau kalimat-kalimat yang belum
dimengerti/pahami siswa dalam bacaan-bacaan tersebut
Pada umumnya alat peraga/media pengajaran berupa pengeras suara, radio
tape/kaset, video dan alat-alat sejenisnya sangat membantu mempercepat/
memperlambat lidah/bacaan siswa. Disamping itu dengan alat peraga,
pengajaran menjadi menarik dan tidak membosankan.
Buku-buku bacaan dapat dipilih dan disusun sedemikian rupa hingga
menarik/menyenangkan siswa. Pada umumnya bacaan berupa novel, cerpen
(cerita-cerita), pepatah, hikmah-hikmah dalam bahasa asing, ilmu
pengetahuan dan lain-lain sangat menarik untuk bahan bacaan, terutama
pada tingkat-tingkat pemula; pada tingkat-tingkat lanjutan bacaan-bacaan
dapat diarahkan pada yang bersifat ilmiah/pemikiran.
8. Metode Bicara Lisan (Oral Method)
Metode ini adalah hampir sama dengan metode phonetic dan reform
method, tetapi pada orak method adalah menitikberatkan pada
latihan-latihan lisan atau penuturan-penutuan dengan mulut. Melatih
untuk bisa lancar berbicara (fluently), keserasian dan spontanitas
Melatih lisan/mulut agar pengucapan bahasa asing itu bisa tepat
bunyi, tidak kedengaran janggal. Latihan-latihan Sistem bunyi melalui
bibir, melatih tepatnya keluarnya huruf-huruf kerongkongan, huruf-huruf
di ujung atau di pangkal lidah dan sebagainya
Latihan-latihan menyusun kata-kata membuat kalimat sendiri dan
sebagainya, semua dilakukan dengan mengaktifkan bicara lisan, oral,
speaking
Target yang hendak dicapai melalui metode ini ialah keammpuan dan
kelancaran berbahasa lisan atau berbicara lisan atau berkomunikasi
langsung sebagai fungsi utama bahasa
Prinsip metode ini ialah : Teach the language, don’t teach only about the language.
9. Metode Praktek Pola-pola Kalimat (Pattern-Practice Method)
Penerapan terpenting metode ini ialah dengan melatih murid-murid
secara praktek langsung mengucapkan pola-pola kalimat yang sudah
tersusun baik betul, atau mengerjakan sebagaimana yang dimaksud oleh
pola kalimat tersebut.
Jadi pola-pola kalimat yang mengandung arti, telah lebih dulu
disediakan atau disusun secara serasi dari yang mudah, secara
berangsung-angsur sampai sulit; dan bahan perbendaharaan kata-kata yang
sederhana sampai yang rumit. Murid-murid memang harus aktif mengucapkan,
melakukan sampai menjadi kebiasaan, sehingga menghayati pola-pola
kalimat tersebut sampai membudaya.
Semestinya guru itu adalah seorang Bilingual (yang mengusai dua
bahasa atau lebih sampai dihayati), yakni bahasa asing yang diajarkan
dan bahasa Indonesia, dengan kemampuan yang sebenar-benarnya.
Pertama-tama guru membanding-bandingkan kedua bahasa, misalnya bahasa
Arab dengan bahasa Indonesia, tentang kata-kata yang sama, cara-cara
pengucapan sistem tata bahasa, arti, bunyi dan seterusnya dan memberi
penjelasan-penjelasan. Dari bahasa dwi-bahasa (bilingual) diuraikan dan
dipilih pola-pola kalimat dengan bunyi-bunyi tertentu untuk mater drill
atau bahan-bahan latihan yang intensif. Susunlah pola-pola kalimat yang
baik, dan ditambah terus perbendaharaan kata-kata, sehingga menggarkan
sesuatu situasi atau cerita. Latihlah secara berulang-ulang dan sampai
setiap siswa mendapat giliran. Para siswa dilatih mengucapkan pola-pola
kalimat sampai benar-benar memahami dan menghayati arti/maksudnya serta
hafal-lancar tanpa berpikir-pikir menyusun kalimat sendiri.
Setelah itu murid-murid perlu dilatih pula Listening untuk mencapai kepekaan pendengaran (Listening, dll).
Seterusnya latihan-latihan speaking (speaking drill) untuk kelancaran
berbicara, reading drill untuk mencapai bacaan-bacaan yang betul, dan
Writing Drill yakni latihan-latihan menulis secara benar, menghindarkan
salah-salah di dalam menulis ejaan atau huruf. Latihan-latihan
listening, speaking, reading and writing ini amat diperlukan mengiringi
pada hampir semua macam metode mengajar bahasa asing, khususnya bahasa
Inggris dan Arab.
Metode ini seperti yang dipraktekkan pada buku-buku pelajaran bahasa
Inggris antara lain English 900, English 901 dan sebagainya dan dianggap
sebagai yang paling sesuai dengan alamiah pengajaran bahasa asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar