1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat
pertama kali ditergaskan dalam ajaran Islam. Yakni bahwa agama adalah
kebutuhan fitrah manusia sebelumnya. Manusia belum mengenal kenyataaan
ini. Baru masa ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan
mempopulerkannya dalam keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang
melatarbelakangnya perlunya manusia pada agama.oleh karenanya ketika
datang wahyu tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan
tersebut memang pukulan dengan fitrahnya itu, dalam konteks ini
minsalnya membacakan yang berbunyi.
ﺎﻬﻳﻠﻋﺲﺎﻧﻟﺍﺮﻄﻓﻰﺗﻟﺍﻪﻟﻟﺍﺓﺭﻄﻓﺎﻳﻧﺣﻦﻳﺪﻠﻠﻚﻬﺠﻭﻢﻗﺄﻓ
Artinya : “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dngan
fitrah itu”. (QS.Al-Rum : 30).
Adanya potensi fitarah agama yang terdapat pada manusia tersebut dafat pua dianalisis melalui istilah Ihsan yang
digunakan Al-Qur’an untuk menunjukan manusia. Mengacu kepada informasi
yang diberikan Al-Qur’an, Musa Asy’ari sampai pada suatu kesimpulan,
bahwa manusia Ihsan adalah manusia yang menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya.
Melalui uraian tersebut diatas dapat kita simpilkan bahwa latar
belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam diri manusia
sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan
pembinaan, pengarahan, dan seterusnya dengan mengenal agama kepadanya.
2. Kelemahn Dan Kekurangan Manusia.
Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah
karena disamping manusia memiliki berbagi kesempurnaan juga memiliki
kekurangan. Hal ini antara lain digunakan oleh kata Al-Nafs menurut Quraish Shihab. Bahwa dalam pandangan Al-Qur’an Nafs
diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi
dalam manusia inilah yang oleh Al-Qur’an dianjurkan untuk diberi
perhatia lebih besar. Kita minsalnya membacakan ayat yang berbunyi.
ﺎﻫﻭﻗﺗﻮﺎﻫﺮﻮﺠﻓ ﺎﻬﻣﻬﻟﺎﻓ ﺎﻫﻭﺴﺎﻣﻮ ﺲﻓﻧﻮ
Artinya : “Demi nafs serta demi penyempurna ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketaqwaan”.(QS.Al-Syams : 78)
Dalam literatur teologi Islam kita jumpai pandangan kaum mu’tazilah
yang rasionalis, karena banyak mendahulukan pendapat akal dalam
memperkuat argumensinya dari pada pendapat wahyu, namun demikian, mereka
sepakat manusia dengan akalnya memiliki kelemahan. Akal memang dapat
mengetahui yang baik dan yang buruk. Tetapi tidak semua yang baik dan
yang buruk dapat diketahui akal. Dalam hubungan inilah, kaum Mu’tazilah
mewajibkan pada tuhan agar menurunkan wahyu dengan tujuan kekurangan
yang dimiliki akal dapat dilengkapi dengan informasi yang datang dari
wahyu (agama). Dengan demikian, Mu’tazilah secara tidak langsung
memandang bahwa manusia memerlukan Wahyu.
- 3. Tentang Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena
manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan,
baik yang datang dari luar maupun yang datng dari dalam. Tantangan dari
dalam berufa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan yang
datang dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan
manusia yang secara sengaja berupa ingin memalingkan mnausia dari tuhan.
Mereka dengan rela mengeluarka biaya, tenaga, dan fikiran yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya
mengandung misi menjauhkan manusia dari tuhan. Allah berfirman dalam
Al-Qr’an Surat Al-Anfal : 36
Yang artinya : “sesungguhya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah”.(QS.Al-Anfal:36)
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
untuk mereka gunakan agar orang-orang mengikuti keinginannya. Barbagai
bentuk budaya, hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebaginya dibuat
dengan sengaja. Untuk itu, upaya membatasi dan membentengi manusia
adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan
tantangan hidup demikian itu, saat ini meningkat, sehingga uapaya
mengagamakan masyarakat menjadi penting.
Untik lebih jelasnya berbagai pendekatan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
- A. PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah
dapat diartikan sebagai uapaya memahami agama menggunakan kerangka ilmu
ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari
suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan
yang lainnya.
Pendekata teologi dalam pengetahuan keagamaan adalah pendekatan yang
menekankan pada bentuk porma atau simbol-simbol keagamaan yang
masing-masing bentuk porma atau simbol-simbol tersebut mengklaim dirinya
sebagi yang paling benar sedangkan yang lain sebagi salah. Aliran
teologi yang yakin dan panatik bahwa pemahamannyalah yang paling benar
sedangkan pemahaman yang lain salah. Sehingga memandang pemahaman yang
lain itu keliru. Sesat, kafir, murtad dan sebagainya. Demikian pula
paham yang dituduh keliru, sesat, kafir dan itupun menuduh kepada
lawannya sebagi yang sesat dan kafir dalam keadaan demikian, maka
terjadilah proses saling mengkairkan. Salah menyalah dan seterusnya.
Pendekatan teologis ini dekat kaitannya dengan pendekatan normatif.
Yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannyayang
pokok dan yang asli dari tuhann yang didalamnya belum terdapat penalaran
pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologis ini agama dilihat sebagai
suatu kebenaran mutlak dari tuhan. Tidak ada kekurangan sedikitpun dan
tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini agama tampil sangat prima dengan
seperangkat cirinya yang khas. Untuk agama islam misalnya, secara
normatif pasti benar, menjunjung nilai-nilai luhur. Untuk bidang sosial,
agama tampil menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan,
kesetiakawanan, tolong-menolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan
sebagainya. Untuk bidang ekonomi agama tampil tampil menawarkan
keadilan, kebersamaan kejujuran dansaling menguntungkan. Untuk bidang
ilmu pengetahuan, agama tampil mendorong pemeluknya agar memiliki ilmu
pengetahun dan teknologi yang setinggi-tingginya. Menguasai
keterampilan. Keahlian dan sebagainya demikian pula untu bidang
kesehatan lingkungan hidup, kebudayaan, politik dan sebaginya. Agama
tampil sangat ideal dan yang dibangun berdasarkan dalil dalil yang
terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.
- PENDEKATAN ANTROPOLOGIS
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai
salah satu upaya memahami agama denganmelihat wujud prktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembangdalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama
tampak dekat dan akrab dengan masalah-masalah yang dipahami manusia dan
berupaya menjelaskan dan memberikannya jawaban. Dengan kata lain bahwa
upaya yang digunakan dalam disiplin ilmu antrapologi dalam melihat
sesuatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.
Pendekatan anteropologis seperti itu diperlukan adanya, sebab banyak
berbagai ha yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas
melalui pendekatan antropologis. Dalam Al-Qur’an Al-Karim, sebagai
sumber utama ajaran islam minsalnya kita memporoleh informasi tentang
kapal Nabi Nuh dimana kira-kira Gua itu, dan bagaimana pula bisa terjadi
hal yang menakjubkan itu, ataukah hal yang demikian merupakan kisah
fiktif. Trentu masih banyak lagi contoh lain yang hanya dapat dijelaskan
dengan bantuan ahli geografi dan arkeologi.
Dengan demikian, pendekatan antropologi sangat dibotuhkan dalam
memahami ajaran agama, karena dalam ajaran tersebut dapat uraian dan
informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antrofologi dengan
cabang-cabangnya.
- PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama didalam
masyarakat dan menyelidiki-menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang
menguasai hidupnya itu dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia
yang menguasai hidupnya dan sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud
hidup bersama,
cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan
hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat
sendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup
manusia.
Sosilogi adalah suatu ilmu yang mengambarkan tentang masyarakat
lengkap dengan struktur, lapisan serta sebagai gejala sosial lainnya
yang saling berkaitan. Denagan ilmu ini sutu fenomena sosial dapat
dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan,
mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya
proses tersebut.
Selanjutnya sosilogi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak
bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara profesiaonal dan
tepat apabila menggunakan jasa dari bantuan sosiologi. Dalam agama islam
dapat dijumpai peritiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu dapat menjadi
penguasa dimesir. Mengapa dalam melaksana tugasnya Nabi Musa harus
dibantu oleh Nabi Harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain.
Beberapa peristiwa tersebut dapat duajwab dan sekali gus dapat ditemukan
hikmahnya dengan batuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial
peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami
maksudnya. Disinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam
memahami agama.
- PENDEKATAN FILOSOFIS
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Fhilo yang
bearti cinta kepada kebenaran, ilmu, dan hikmah, selain itu filsafat
dapat pula diartikan mencari hikmah sesuatu, berusaha menautkan sebab
dan akibat serta usaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia poewadarminta mengartikat filsafat sebagai pengetahuandan
penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum
dan sebagainya terhadap segala hal yang ada di alam semesta ataupun
mengenai kebenaran dan arti “adanya” sesuatu. Pengertian filsafat yang
umunya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi Gazaiba.
Menurutnya filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik,
radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau
hakikat mengenai segala sesuatu yann ada.
Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa filsafat fada intinya
berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikamah mengenai sesuatu yang
berada dibalik objek pormanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar,
asas, dan inti yang terdafat dibalik yang bersifat lahiriah. Sebagai
contoh kita jumpai berbagai merek pulpen dengan kualitas dan harganya
berlain-lainan namuninti semua pulpen itu adalah sebagai alat tulis.
Ketika disebut alat tulis maka tercangkuplah semua nama dan jenis
pulpen.
Berfikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam
memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikamh, hakikat atau inti dari
dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
Pendekatan filosofis yang demikian itu sebenarnya sudah banyak dilakukan
oleh para ahli.
- PENDEKATAN KEBUDAYAAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kebudayaan diartikan
sebagi hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) seperti
kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan bearti pula kegiatan (usaha)
batin (akal dan sebagainya) untuk menciptaka sesuatua yang termasuk
hasil kebudayaan. Semantar itu sutan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi diunsur-unsur
yang berbeda seperti pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagi anggota masyarakat.
Dengan demikian kebudayaan adalah daya cipta manusia dengan
mengguanakan dan mengarahkan segenap potensi bati yang dimilikinya.
Didalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni,
moral, adat istiadat dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya
digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seorang
dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya dengan demikian,
kebudayaan tampil sebagai penata yang secara terus menerus dipelihara
olehpara pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan
tersebut.
Kita minsalkan kita jumpai kebudayaan berpakaian, bergaul,
bermasyarakat dan sebagainya. Dalam produk kebudayaan tersebut, unsur
agama ikut berintegrasi. Pakaian model jilbab, kebaya atau lainnya dapat
dijumpai dalam pengamalan agama. Sebaliknya. Tanpa adanay unsur budaya,
maka agama akan sulit dilihat, sosoknya secara jelas. Di DKI Jakarta
misalnya, kita jumpai kaum prianya mengguankan baju ala cina. Disitu
terlihat produk budaya yang berbeda yang dipengaruhi oleh pemahaman
keagamaannya.
- PENDEKATAN PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu jiwa adalah yang mempelajari jiwa seseorang
melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Manuruut Zakiah Daratjat,
perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh
keyakina yang dianutnya, seseorang ketika berjumpa saling mengucapkan
salam, hormat kepada kedua orang tua, dan sebagainya merupakan
gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa
agama.ilmu jiwa agama,
sabagaiman diemukakan Zakiah Daratjat, tidak akan mempersoalkan benar
tidaknya suatu agama yang dianut seseorang. Melainkan yang
dipentingkan adalah bagimana keyakinan agama tersebut terlihat
pengaruhnay dalam perilaku penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tangkat
keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseprang juga dapat
digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama kedalam jiwa seseorang
sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan
cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Kita misalnya dapat mengetahu pengaruh dari shalat, puasa, zakat,
haji, dan ibadah lainnya dengan melalui ilmu jiwa. Dengan pengetahuan
ini maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efisien lagi
dalammemnanamakan ajaran agama. Itulah sebabnya ilmu jiwa ini banyak
digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan
seseorang.
Dari uaraian tersebut kita dapat melihat bahwa ternyata agama dapat
dipahami melalui berbagi pendekatan. Dengan pendekatan itu semua orang
akan sampai pada agama. Seorang teolog, sosilong, antroplog, sejarawan,
ahli ilmu jiwa dan budayawan akan sampai pada pemahaman agama yang
benar. Disini kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan
teolog dan normatif belaka, melainkan agama dapat dipahami semua orang
sesuai dengan pendekatan dan kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan
demikian seseorang akan memiliki kepuasan dari agama karena seluruh
persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agama.
HUBUNGAN AGAMA DENGAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Dunia saat ini tengah memasuki era globalisasi dengan dampak negatif
dan fositifnya. Diantara dampak negatif tersebut minsalnya terjadi
dislokasi, dehumanisasi, sekularisasi, dan sebagainya. Sedangkan dampak
fositifnya antara lain terbukanya berbagai kemudahan dan kenyamanan,
baik dalam lingkungan ekonomi, informasi, teknologi, sosial maupun
psikologi.
Sebagai salah satu upaya dalam mengatasi kebutuhan dari ilmu
pengetahuan sosial yang demikian itu, agama diharapkan dapat memberikan
arahan danperpektif baru, sehingga kehadiran agama tersebut tersa
mamfaatnya oleh para penganut agama. Namun hal demikian membawa kita
kepada suatu pertanyaan tentang bagaimanakah seharusnya agama itu
ditamoilkan. Bagaimana sikap yang harus ditampilkan oeh seorang
agamawan.
A. PANDANGAN AGAMA ISLAM TENTANG ILMU SOSIAL
Sejak kelahiran belasan abad yang lalu, islam telah tampail sebagai
agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan
akhirat. Antar hubungan manusia dengan tuhan. Antar hubungan manusia
dengan manusia dan antara ibadah dengan urusan muamalah.
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan tersebut
menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan dizaman modern
ini. Kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia menghadapi berbagai
persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Kadang-kadang
kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika didunia modern
justeru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri.
Dalam keadaan demikian, kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk
memiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari
berbagai problema tersebut. Ilmu sosial yang dimaksud adalah ilmu
pengetahuan, yang digali dari nilai-nilai agama. Kuntowijoyo menyebutkan
sebagai ilmu sosial politik.
B. ILMU SOSIAL YANG BERNUANSA ISLAM
Dewasa ini tengah menghadapi kemandekan dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapinya. Kita butuh ilmu sosial yang dapat tidak hanya
berhenti pada menjelaskan penomena sosial, tetapi dapat memecahnya
secara memuaskan. Menurut Kuntowijoyo, kita butuh ilmu sosial profetik,
yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah penomena
sosial, tetapi juga memberi petunjuk kearah mana taranspormasi itu
dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Yaitu ilmu sosial yang mampu
mengobah penomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu.
Perubahan tersebut didasari atas tiga hal yaitu:
- Cita-cita kemanusiaan
- Liberasi
- Transendensi
Cita-cita profetik tersebut apat diderifasikan dari misi historis
islam sebagai mana terkandung dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 110
ﻪﻟﻟﺎﺑﻦﻮﻧﻣﺆﺗﻮ ﺮﻜﻨﻣﻠﺍﻦﻋﻦﻮﻬﻧﺘﻮ ﻒﻮﺮﻌﻣﻠﺎﺑ ﻦﻮﺮﻣﺄﺘﺲﺎﻧﻠﻠ ﺖﺠﺮﺧﺍﺔﻣﺍﺮﻳﺧ ﻢﺗﻧﻛ
ﻦﻮﻗﺴﺎﻓﻠﺍ ﻢﻫﺮﺷﻛﺍﻮ ﻦﻮﻧﻣﺅﻣﻟﺍ ﻢﻬﻧﻣ ﻡﻬﻟﺍﺮﻳﺧ ﻦﺎﻛﻠ ﺐﺎﺗﻜﻠﺍﻞﻫﺍ ﻦﻣﺍﻮﻟﻮ
Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar,
dan beriman kepada Allah, sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik”.(QS.Ali-Imran:110)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar