Rabu, 30 Oktober 2013

Konsep Abstraksi dalam Pandangan Sadra

Perlu dipahami bahwa sebagian besar dari pembahasan-pembahasan filsafat Mulla Sadra mengenai pahaman-pahaman filsafat (konsep sekunder filsafat) berasal dari sebuah pemahaman bahwa yang mengisi seluruh realitas eksternal adalah wujud dan seluruh pahaman-pahaman tersebut merupakan sifat-sifat yang tersimpan dan diabstraksi darinya. Bahkan mahiyah itu sendiri dalam sistem pemikiran Sadra juga hasil dari abstraksi. Namun tentu berbeda antara pahaman mahiyah dengan pahaman-pahaman filsafat lainnya. Mulla Sadra meyakini bahwa mahiyah ada diluar akan tetapi wujudlah yang mengisi seluruh realitas eksternal sedangkan mahiyah adalah abstraksi dan iktibari. Maksudnya mahiyah memiliki aspek ekternalitas namun aspek tersebut diperoleh dari wujud. Dalam kata lain wujud sedemikian rupa seolah memberikan mahiyah kepada kita. ‘sedemikian rupa’ disini adalah mahiyah itu sendiri yaitu sebuah sifat dan ciri ke-ekternalitas-an. Oleh karena itu mahiyah bukan tambahan atas realitas wujud atau sesuatu yang ditambahkan pada wujud. Oleh karenanya realitas yang terpartikularisasi atau terindividuasi tidak berada diluar realitas partikularitas dirinya. Harus dipahami bahwa persoalan abstraksi dalam sistem pemikiran Sadra memiliki akar realitas eksternal yaitu pada realitas eksternal memiliki ciri yang kita ketahui secara pasif dan pada mental kita secara aktif mengabstraksi dan memilah-milahnya. Berdasarkan hal ini ketika Sadra mengatakan ‘abstraksi’ jangan dipahami sebagai abstraksi yang hanya pada mental semata, namun abstraksi yang memiliki akar realitas eksternal. Kesimpulannya seluruh pahaman-pahaman filsafat adalah aspek-aspek yang tersimpan dalam realitas termasuk mahiyah kecuali wujud karena  selain bahwa wujud itu konsep sekunder filsafat namun juga wujud itu adalah inti realitas itu sendiri. [sumber; Prof Yazdan Panah].  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar