Jumat, 01 Maret 2013

DASAR-DASAR FILSAFAT I


Ada dua cara, yaitu:
a. Secara Historis – mempelajari sejarah perkemangannya, yaitu sejak timbulnya filsafat sampai sekarang.
b. Secara Sistematis – mempelajari isinya, yaitu mempelajari bidang bahasan, seperti cabang metafisika, epistemologi, logika, etika, dll.

2. ARTI FILSAFAT

a. Arti secara etimologis.
Filsafat(Indonesia) = falsafah(Arab), philosophy (Inggris), philosophia(Latin),philosophie (Jerman, Belanda, Perancis). Semua istilah itu sumbernya =philosophia dari istilah Yunani.
Istilah Yunani asal katanya philein artinya mencintai,
Sedangkan kalau philos artinya teman.
Istilah sophos artinya “bijaksana, sedangkan sophia artinya “kebijaksanaan”.
Jadi bila mengacu philein dan sophos artinya mencintai hal2 yang bersifat bijaksana,
Namun bila  mengacu pada kata philos dan sophia artinya teman kebijaksanaan.

b. Arti Filsafat Sebagai Suatu Sikap
Filsafat = suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta.
Bila orang sedang menghadapi problem yang berat, maka dalam hatinya akan bertanya yang membutuhkan jawaban secara kefilsafatan.
Artinya membutuhkan jawaban yang ditinjau secara tenang, luas, dan mendalam.
Misal filsafat prajurit, rawe2 rantas malang2 putung

c. Arti Filsafat Sebagai Suatu Metode
Artinya bahwa filsafat sebagai cara berpikir secara reflektif, radikal, dan suatu penyelidikan yang menggunakan alasan serta berpikir secara hati hati dan teliti.
Jadi filsafat merupakan usaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
Misalnya: Metode Kritis oleh Socrates dan Plato.

d. Arti Filsafat Sebagai Sekelompok Teori atau Sistem Pemikiran
Teori atau sistem pemikiran filsafati dimunculkan oleh masing-masing filsuf, seperti Sokrates, Plato, Aristoteles dll.  Adalah untuk menjawab masalah masalah, misalnya tentang prinsip fundamental alam semesta, apa dan siapa manusia, serta masih banyak masalah masalah yang harus dijawab oleh para filsuf yang lain.  Karena tanpa filsuf filsuf besar seperti disebutkan di atas, filsafat tidak akan berkembang seperti sekarang ini.  Perlu diingat bahwa besarnya kadar subjektifitas seorang filsuf dalam manjawab permasalahan, membuat sulit untuk menentukan teori atau sistem pemikiran mana yang harus diikuti dan yang baku.
 
e. Arti Filsafat sbg. analisis logis tentang bahasa & penjelasan makna istilah
Para filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan suatu istilah.  Para filsuf seperti G. E. Moore, Bentrand Russel, Ludwig Wittgenstein, dll. Mengatakan bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan kekaburan dengan cara menjelaskan istilah. Sebab menurutnya bahasa adalah laboratorium para filsuf. Misal, kata “ada” ini tentang adanya Tuhan dan adanya Manusia berbeda. Begitu juga ada dalam ruang waktu berbeda dengan ada secara transenden, dll.
 
B.      FILSAFAT

1.  Latar belakang timbulnya filsafat

  1. Heran, kagum, dan takjub terhadap alam semesta dan peristiwa peristiwanya.
            Pertama tama bangsa Yunani dalam menghadapi alam semesta beserta peristiwanya itu, yang muncul dari rasa heran, kagum dan takjub adalah percaya adanya mitologi.  Karena mitologi mitologi itu merupakan percobaan untuk mengerti.  Mite mite sudah memberi jawaban atas kekaguman dan keheranan manusia pada waktu itu. Kemudian mereka mulai mengadakan beberapa usaha, seperti mensistematiskan mite, menghubung hubungkan antara mite mite, dll. Akirnya mereka mulai berpikir secara serius dan muncullah filsafat.

b. Timbulnya kesusastraan Yunani.
Kesusastraan dimaksud bukanlah dalam arti sempit, seperti puisi atau sebangsanya, melainkan dalam arti yang seluas luasnya, sehingga dapat meliputi seperti, teka teki, dongeng, ceritera pendek, syair, dll.  Kemudian karya sastra seperti inilah yang mulai dipakai sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.  Contoh, yaitu syair syair dapat berperan sebagai  pendidikan, hal ini bisa dibandingkan di Jawa atau Bali seperti wayang dan semacamnya.

c. Pengaruh ilmu pengetahuan yang sudah terdapat di Timur Kuno.
Hal ini dipahami dari datangnya ilmu ukur dan ilmu hitung yang sebagian besar datang dari Mesir. Ilmu ini di Mesir digunakan untuk mengukur dan menghitung wilayahnya yang terkikis sungai Nil. Tetapi bagi bangsa Yunani, ilmu pengetahuan itu tidak dijalankan dalam konteks praktis saja. Mereka mulai mempelajarinya dengan tidak mencari untung (Inggris: disinterestedly) saja, melainkan dipraktekan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan demi untung yang letaknya di luar ilmu pengetahuan.

2. Definisi Filsafat

Menurut Plato, bahwa filsafat adalah ilmu pength. yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu pength. Yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Menurut Descartes, bahwa filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
Menurut Notonagoro, bahwa filsafat mengelola hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan tindakan yang tidak berobah, yaitu disebuthakekat.
Menurut Everton, bahwa Philosophy is love of learning, Philosohy is an interpretation of live, its value and meaning, Philosophy provides us with a rational view of the world.
Jadi menurut penulis, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang ada dengan mendalam sampai ke hakekatnya.
 
3. Ciri ciri Orang Berfilsafat

a. Universal, artinya dalam berpikir tidak berkaitan dengan hal-hal khusus, melainkan berkaitan dengan idea-idea besar, misal: bukan menanyakan berapa harta anda disedekahkan, namun apa keadilan itu, dsb.
b. Spekulatif, artinya berpikir yang melampaui batas batas bidang pengeth. Ilmiah, berpikir untuk menduga apa yang akan terjadi, dan berpikir terkaan terkaan yang cerdik thdp hal hal di luar pength, kematian, kebahagiaan sempurna, dll
c. Nilai nilai (Inggris: values), artinya berpikir tentang keputusan penilaian, seperti nilai moral, nilai estetis, nilai sosial, nilai religius, dll. Dalam hal ini nilai sifatnya abstrak yang melekat pada suatu hal, sehingga dapat menimbulkan rasa senang atau puas terhadap halnya.
d. Kritis, artinya dalam berpikir mengahadapi sesuatu hal tidak menerima begitu saja, namun memeriksa dan menilai asumsi asumsinya, mengungkapkan arti, dan menentukan batas penerapannya.
e. Sinoptik, artinya meninjau hal yang menjadi objeknya secara menyeluruh, yaitu berusaha mengadakan generalisasi, menganalisa, mensintesakan, dan mengadakan integrasinya. Jadi mencakup setruktur kenyataan secara menyeluruh.
f. Radikal, kata ini berasal dari lata Yunani “radix” artinya akar. Jadi berarti berpikir sampai ke akar akarnya, yaitu berpikir sampai ke hakikat, esensi atau substansi yang dipikirkan.
g. Konseptual,  artinya berpikir sampai ke hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal hal dan proses individual. Misal: berpikir tentang manusia tidak secara khusus, melainkan manusia secara umum, seperti: apa hakekat manusia ?.
h. Koheren dan konsisten, arinya dalam berpikir  sesuai dengan kaidah kaidah berpikir (logis), dan tidak mengandung kontradiksi.
i. Sistematis, , artinya dalam berpikir merupakan kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan untuk mencapai suatu maksud dan tujuannya.
j. Komprehensif, artinya dalam berpikir mencakup secara menyeluruh, sehingga tidak ada satupun yang tertinggal di luarnya.
k. Bebas, artinya bebas dari prasangka prasangka sosial, historis, kultural, religius, dan lain sebagainya.
l. Bertanggung jawab, artinya berpikir yang bertanggung jawab, misalnya: dalam berpikir ada pertanggung jawaban terhadap hati nuraninya sendiri.

4. Objek Filsafat

Objek Filsafat:
Objek filsafat ada dua jenis, yaitu:
a. Objek materiil.
b. Objek formil.

5. Cara memahami objek material filsafat.
Pemahaman pertama atas segala sesuatu ialah pemahaman mengenai suatu yang identik. Artinya, bahwa “Sesuatu” itu Sesuatu yang tertentu, dan bukannnya sesuatu yang lain. Yaitu: “Ini” adalah Ini dan bukan Itu.  Kelanjutannya berupa suatu konsep, bahwa A=AA bukan non A, segala sesuatu itu A atau non A. Contoh kongkritnya ialah bahwa “Mangga” itu Mangga. 
 Jadi terdapat suatu keteraturan, bahwa kalau kita menanam  biji mangga, maka kita pada suatu waktu akan memetik buah mangga. Mengapa ?. Karena segala sesuatu itu identik dengan hakekatnya, jati dirinya. Segala sesuatu itu menjadi sesuatu di dalam suatu kerangka himpunan hal hal, sedemikian rupa sehingga pemahaman tentang sesuatu juga kita peroleh melalui vector, atau medan keberadaannya.  Suatu alat rumah tangga misalnya, yang kita kenal sebagai “Meja”, kita takrifkan sebagai “Alat Rumah Tangga” yang isi pengertiannya plus terhadap pengertian Alat Rumah Tangga, namun yang wilayah berlakunya pengertian “meja” lebih sempit daripada wilayah yang dicakup oleh pengertian Alat Rumah Tangga. Suatu Subjek yang didefinisi harus lebih sempit dari Predikatnya, dan juga lebih kongkret.  Rumusnya ialah : S < P. Lalu kalau kita bertanya : Semua ini apa ?.  
Sesuai dengan aturan di atas, Sesuatu itu, yaitu Semua, yang harus merada pada sesuatu yang keluasannya melebihi Sesuatu yang kita sifatnya sebagai Semua itu tadi.  Kalau begitu, maka Semua itu bukan Semua, sebab masih ada sesuatu yang mengatasi kesemuanya. Baru membicarakan suatu hal yang kita sebut “Semua” saja, kita berhadapan dengan sesuatu, yang mau tidak mau kita lalu .......(merenung) .  Jadi yang namanya “semua” adalah disebut “ada”. Artinya: ada dalam realita (kenyataan), ada dalam pikiran, dan ada dalam kemungkinan.

Ada dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. ada umum
b. Ada khusus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar