Pendahuluan
Sebagaimana
dalam sebuah disiplin pengetahuan lainnya, filsafat juga mempunyai ciri
khas tersendiri berkaitan dengan objek pembahasan dan persolan yang akan
dibahas di dalamnya. Karena itu sebelum kita masuk disiplin ilmu pengetahuan,
tidak ada salahnya jika kita membahas sekelumit tentang filsafat itu sendiri.
Sebelum itu, ada sebuah kisah menarik dari seorang filsuf Perancis yang
mana ia telah belajar filsafat dan berposisi sebagai seorang dosen filsafat.
Selama 30 tahun mengajar filsafat, ia baru membawa buku “what is philosophy”. Akhirnya ia di tanya “ bukankah
anda sudah mengajar selama 30 tahun, tapi kenapa baru membaca buku itu ?”.
Karena itulah sebelum masuk disiplin pengetahuan selayaknya kita tahu
sebenarnya apa yang di bahas dalam disiplin ilmu pengetahuan tersebut agar kita
tidak bingung dan juga lebih terarah.
Berkenaan
dengan filsafat, ada beberapa pendahuluan yang akan di sampaikan,yakni :
§ Pertama,
filsafat hadir di Yunani, dalam artian penulisan sejarah filsafat pertama kali
di tulis dan di bukukan di Yunani, hal itu tidak berarti bahwa Yunani lah yang
pertama kali berfilsafat. Namun harus diakui yang pertama kali membukukan
pemikiran filsafat adalah Yunani. Jadi kalau kita masuk teks sejarah, yang
pertama kita temukan adalah Yunani. Namun disisi lain kita mesti mengakui bahwa
filsafat sebagaimana filsafat, menggunakan metodologi rasional dengan menggunakan akalnya. Berdasarkan
hal ini, umur sejarah filsafat berbarengan dengan hadirnya manusia di dunia
ini. Sejak saat itulah manusia menelusuri realitas dengan akalnya, manusia
mulai bertanya kita dari mana? kita mau kemana? itulah pertanyaan yang
lumrah hadir pada manusia yang menggunakan akalnya. Karena itu manusia mulai
berfilsafat sejak manusia hadir di dunia ini. Jadi dalam penulisan filsafat,
pertama kali yang kita temukan dalam sejarah adalah Yunani, meskipun jika kita
baca sejarahnya, para filosof Yunani sebelum menuliskan
filsafatnya, ia pergi ke Mesir, India, Persia untuk mencari jejak-jejak
filsafat, mereka bergeilrya untuk mencari realitas itu sendri.
§ Kedua,
filsafat hadir berhadap-hadapan dengan skepstisisme. Kalau
kita baca sejarah Socrates, ia hadir untuk menafikan aliran skeptis (pemahaman yang mengingkari adanya
realitas), karena itu filsafat muncul berkenaan dengn realitas. Karena itu pula
Socrates menyebut dirinya philosophia, cinta
kebijaksanaan
§ Ketiga,
filsafat hadir dengan dialektika. Yang
pertama kali menggunakan dialektika bukan Marx, tapi Socrates. Karena ia
mengajarkan filsafat dengan dilektika(dialog/tanya
jawab). Apa itu realitas? Kemudian muridnya menjawab, kemudian dia tanya lagi,
hingga seterusnya. Karena filsafat hadir dengan dialektika , karena itu pula ia berkembang
dengan dialektika, dengan kritik. Dan dari kritik itulah filsafat
muncul dan berkembang hingga saat ini.
Kalau
kita lihat dibarat ada 3 periode besar pemikiran Filsafat Barat,yakni:
§ Yunani
hingga ke Skolastik
§ Skolastik
hingga ke Hume
§ Hume
hingga ke Kant
§ Kant
hingga saat ini (filsafat analitik) yang sudah
tidak membahas ontologi.
Barat
meninggalkan ontologi sejak adanya renaissance, karena saat itu filsafat
Aristoteles dicurigai sebagai filsafat yang memundurkan peradaban di barat.
Oleh karena itu munculnya Renaissance sama
dengan meninggalkan pemikiran Aristoteles. Tapi kalau kita lihat di islam
justru sebaliknya, warisan ontologi Aristoteles dan Plato masih terjaga, namun
tentu dengan kritikan, yaitu mencoba meramu kelemahan-kelemahan yang ada
didalam filsafat Aristoteles dan Plato dan selanjutnya menghadirkannya kembali.
Banyak
yang mengatakan bahwa filsafat islam adalah catatan kaki dari Plato dan
Aristoteles, dalam arti lain islam tidak punya filsafat, bahwa islam
hanya meneruskan tradisi Plato dan Aristoteles. Ini sebagian pemahaman
yang diyakini sebagian orang bahwa kita tidak punya filsafat. Sebelum masuk
kedalam pembahasan ini ada baiknya kita mengkaji terlebih dahulu apa itu
definisi filsafat. Definisi filsafa,kalau kita mengkaji apa yang dibahasnya
adalah eksisten qua eksisten (wujud sebagaimana wujud).
§ Menurut
Mulla Sadra : Filsafat adalah untuk menyempurnakan jiwa manusia melalui akal
rasionalnya.
§ Menurut
Socrates bahwa filsafat itu melatih diri untuk kematian.ini adalah definisi
yang menarik. Socrates sebagaimana kita saksikan dalam sejarah, jiwanya
adalah tebusan dari apa yang diyakini dari filsafatnya.
Kalau
kita masuk dalam sejarah filsuf, kita dapat melihat bagaimana kehidupan sosok
filosof. hampir tidak satupun filosof yang hidup seperti kita, masuk kuliah,
pulang dengerin musik, tidur, makan enak kemudian esoknya kembali kuliah lagi,
dan selasai. Tapi filsuf sebagaimana filsuf seperti Mulla Sadra ia berjalan
kaki dari Iran ke Mekkah . Dari perjalanan kakinya itu ia mendapatkan ilham dan
membangun filsafatnya. Sebagaimana Suhrawardi ia mendapatkan filsafatnya dari
satu tempat ke tempat lain hanya untuk mencari hakekat. Sampai dalam bukunya “hikmatul isyraq” Suhrawardi berkata “ Anda tidak
akan mengerti buku yang saya tulis yang berjudul hikmatul isyraq kecuali anda berpuasa 40 hari
berturut-turut”. Begitu juga Karl Marx seorang filsuf Materialisme, ia harus
bersusah payah hingga harus meminjam uang pada Lenin untuk menghidupi
keluarganya. Ia membangun teori filsafat ekonomi dengan kehidupan seperti ini.
Karena
itu filsafat adalah derita, filsafat itu adalah derita pengetahuan. Ia
berbeda dengan fakultas lain, hanya masuk kelas kemudian selesai, masuk
sekedar mendegarkan dosen saja. Tapi filsafat adalah derita. Derita
pengetahuan itu harus anda rasakan, kalau anda belum merasakan derita
pengetahuan berarti anda belum berfilsafat. Tapi anda masih mencari istilah
filsafat. Jadi ada dua orang yang belajar filsafat, ada orang yang mencari
istilah filsafat, ada yang berfilsafat. Yang berfilsafat inilah yang merasakan
derita pengetahuan. Ia mirip dengan cinta yang tidak membiarkan anda tidur,
tidak membiarkan anda senang, kecuali anda menemukan sesuatu. Karena itu
filsafat itu lebih banyak pada perenungan.
Ini
beda dengan disiplin pengetahuan lain. Kalau disiplin pengetahuan yang lain ada
metode membaca cepat. Dalam filsafat justru sebaliknya. Anda dilarang membaca
cepat. Anda tidak boleh membaca cepat. Jadi dalam satu paragraf anda harus
berfikir sepuluh kali. Beginilah kalau anda masuk dalam sejarah filsafat.
Jadi anda tidak pernah menemukan filsuf yang enak. Karena filsafat itu
adalah derita pengetahuan. Jadi kalau mau berfilsafat konsekuensinya adalah
harus merasakan derita pengetahuan. Pertanyaanya, Pernah tidak ada persolan
yang membuat anda derita? Pernah tidak satu pembahasan yang memebuat anda
menderita, tidak enak tidur karena satu pembahasan teretntu? Kalau pernah
disitulah anda berfilsafat. Jadi filsafat itu lebih banyak masuk ke dalam
perenungan. Stress bagi seorang filsuf adalah sebuah bentuk kenikmatan, sehingga
ia merelakan dirinya untuk berfilsafat. Inilah kira-kira pendahuluan pertama
tentang filsafat.
Kembali
ke pernyataan sebelumnya yang mengatakan bahwa kita tidak punya filsafat islam,
ini mungkin tidak tepat. Karena ada banyak pembahasan dalam filsafat
islam yang sama sekali tidak dibahas dalam filsafat barat, seperti
pembahasan ilmu hudhuri dan hushuli yang mana itu tidak ditemukan di
dalam filsafat barat. Kemudian ada Pembahasan universal yang dibagi
menjadi primer dan sekunder, ada juga pembahasan gerak substansi yang tidak
ditemukan dalam filsafat barat, tapi ada didalam filsafat islam. Karena itu
banyak tema-tema yang tidak kita temukan dalam filsafat barat tapi kita temukan
dalam filsafat islam. Karena itu pula disini menunjukkan bahwa kita punya
filsafat islam. Tapi bahwa filsuf islam punya interaksi dengan filsafat barat
itu benar. Kita punya interaksi dengan filsafat barat dalam pengertian filsafat
muslim juga membaca karya plato, Aristoteles, dll.
Sebagaimana
kita ketahui dalam sejarah, pada abad II H terjadi penerjamahan besar-besaran
oleh dari fisafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Disinilah kemudian pemikir
islam mulai berfilsafat memikirkan tentang filsafat dari kegiatan
penerjemahan ini. Setelah itu sampai abad V H secara garis besar muncul
filsafat Peripatetik yang diwakili Ibn Sina kemudian abad ke VI H yang diwakili
Suhrawardi yang mewakili filsafat Illuminasi. Kemudian akhir abad ke X H atau
awal abad XI muncul Hikmah Muta’aliyah oleh Mulla sadra. Pertanyaannya, atas
dasar apa kita membedakan ketiga aliran tersebut ?
Dalam
filsafat Paripatetik, metodologi yang dipakai murni menggunakan akal
rasionalitas, karena itu disinilah terdapat persamaan seluruh filsafat yang ada
dimuka bumi ini . Mereka menggukan akal sebagai metodologi dalam menyingkap
realitas ekstenal. Baik filsafat India, filsafat Yunani , filsafat Timur maupun
filsafat Islam, semuanya menggunakan akal sebagai metodologi untuk menyingkap
realitas eksternal. Karena itu prediket islam, barat, timur, india dst, itu
hanya menunjukkan karakterisktik dalam sebuah filsafat. Misalnya disebut
filsafat islam, islam ini hanya sebuah karakteristik yang muncul dalam
pemikiran filasafat islam. Hanya sebagai karakteristik saja. Karena filsafat
sebagaimana filsafat semunya sama, yakni menggunakan akal dalam menyingkap
realitas eksternal. karena itu Islam, Barat, India ,Timut dst hanya menjelaskan
karakteristik dalam sebuah aliran filsafat.
Paripaterik
hanya menggunakan rasio dalam menjelaskan hakekat reliatas eskternal. Berbeda
dengan Suhrawardi dengan filsafat Illumiunasinya di abad ke VI H, selain
menggunakan akal, ia juga menggunakan syuhud/penyaksian dalam menyingkap
realitas eksternal. Sebagaimana diketahui, problema besar yang ada pada abad ke
V H adalah dalam menyatukan akal dan qalbu (syuhud/penyaksian). Mulla Sadra
awal abad XI H berhasil melakukan harmonisasi/dialketika antara
akal, qolbu/syuhud dan wahyu. kemudian dialektika ini menghasilkan teori
baru yang menghsilkan prinsip baru .
Contohnya
dalam pembahasan maa’d jismani. Apakah yang dibangkitkan itu selain ruh adalah
jismani atau bukan. Seperti dalam Paripatetik, Ibn Sina meyakini bahwa yang
dibangkitkan adalah ruh. Tapi kata ibn sina, jika saya merujuk ke dalam Quran
dan Hadist, saya banyak menemukan bahwa yang dibangkitkan itu adalah
jismani dan ruhnya.
....qoola man yuuhyil izoma wahiya ramim... (QS Yasin
36:78)
“
siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh? “
ini
menunjukkan bahwa yang dibangkitan kelak adalah jismani. Nah ditangan Sadra,
dialektika antara akal, qalbu, dan wahyu menghasilkan prinsip baru. Menurut
sadra yang dibangkitkan nanti memang jismani namun bukan jismani sebagaimana
jismani yang ada di alam materi, tapi jismani yang dimaksud adalah jismani ukhrawi. Yakni satu bentuk jismani yang khusus
karakteristik di alam ukhrawi/ di alam kebangkitan kelak. Karena itu didalam
filsafat islam ada tiga aliran besar, yakni:
§ Paripatetik
yang murni menggunakan akal
§ Illuminasi
yang menggunakan antara akal dan syuhud (qolbu)
§ Hikmah
Muta’aliyah yang menggabungkan akal, syuhud dan wahyu. Dan gabungan ketiganya
inilah yang menghasilkan prinsip yang baru dalam fialsfat Mulla Sadra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar