Perlu dipahami bahwa sebagian besar dari
pembahasan-pembahasan filsafat Mulla Sadra mengenai pahaman-pahaman filsafat
(konsep sekunder filsafat) berasal dari sebuah pemahaman bahwa yang mengisi
seluruh realitas eksternal adalah wujud dan seluruh pahaman-pahaman tersebut
merupakan sifat-sifat yang tersimpan dan diabstraksi darinya. Bahkan mahiyah
itu sendiri dalam sistem pemikiran Sadra juga hasil dari abstraksi. Namun tentu
berbeda antara pahaman mahiyah dengan pahaman-pahaman filsafat lainnya. Mulla
Sadra meyakini bahwa mahiyah ada diluar akan tetapi wujudlah yang mengisi
seluruh realitas eksternal sedangkan mahiyah adalah abstraksi dan iktibari.
Maksudnya mahiyah memiliki aspek ekternalitas namun aspek tersebut diperoleh
dari wujud. Dalam kata lain wujud sedemikian rupa seolah memberikan mahiyah
kepada kita. ‘sedemikian rupa’ disini adalah mahiyah itu sendiri yaitu sebuah
sifat dan ciri ke-ekternalitas-an. Oleh karena itu mahiyah bukan tambahan atas
realitas wujud atau sesuatu yang ditambahkan pada wujud. Oleh karenanya
realitas yang terpartikularisasi atau terindividuasi tidak berada diluar
realitas partikularitas dirinya. Harus dipahami bahwa persoalan abstraksi dalam
sistem pemikiran Sadra memiliki akar realitas eksternal yaitu pada realitas
eksternal memiliki ciri yang kita ketahui secara pasif dan pada mental kita
secara aktif mengabstraksi dan memilah-milahnya. Berdasarkan hal ini ketika
Sadra mengatakan ‘abstraksi’ jangan dipahami sebagai abstraksi yang hanya pada
mental semata, namun abstraksi yang memiliki akar realitas eksternal.
Kesimpulannya seluruh pahaman-pahaman filsafat adalah aspek-aspek yang
tersimpan dalam realitas termasuk mahiyah kecuali wujud karena selain
bahwa wujud itu konsep sekunder filsafat namun juga wujud itu adalah inti realitas
itu sendiri. [sumber; Prof Yazdan Panah].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar